-->

TENTANG AKU SEBELUM KAMU DATANG.

Tepat Hari Kamis Tanggal 28 Oktober 2021 

Entah mengapa hari ini Aku memilih untuk beristirahat dari aktivitas dan rutinitasku. 

seharian ini aku memilih untuk menghabiskan waktu dirumah saja dengan bersantai, bermalas-malasan, dan melakukan apa yang ingin aku lakukan. 

Atau anggap saja satu hari ini untuk menenangkan jiwa sementara dari kehidupan fana, menjauh sebentar dari padat dan ramai nya kota dan merehatkan sejenak raga dari pekerjaan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan dunia.

Tapi cuaca hari ini cukup gelap untuk jam 1 siang, apakah musim hujan di percepat? setau yang kutau musim hujan biasanya bulan Desember yang kadang di awal, kadang juga di akhir bulan. 
entahlah yang jelas hari yang mendung ini cukup pas dengan suasana hati yang sedang suram dan wajah seseorang yang sedang murung. 

Dengan dahi mengerut sembari menyeruput kopi pahit yang sudah kubuat sejak tadi, dan tiba-tiba saja langit yang mendung nan gelap seketika pecah menjadi rintik-rintik air yang akan membasahi apa saja yang ada dibawahnya.

 “Hujan, hujan bagiku adalah anugerah” 

Terkadang aku menyukai hujan, terkadang juga tidak menyukai kehadiranya tergantung situasi dan kondisi. 
sepertinya aku harus menutupi jendela, sebab rintik-rintik air sudah berubah menjadi air hujan yang deras dan sesekali di iringi suara gemuruh dilangit. 

Tak heran jika hujan kerapkali membuat orang-orang yang memandangnya menjadi termenung, seakan-akan menghipnotis seseorang yang memandang untuk merenung, mengulas kenangan silam, atau termenung kehidupan yang terjadi sekarang dengan tatapan dan pikiran yang kosong. 

Dan hujan kali ini membuatku termenung “Teringat Masa Lalu Tentang Aku Dulu “ sambil menatap hujan yang kian lama semakin deras tapi kali ini diiringi dengan angin yang cukup kencang, sekaligus ditemani dengan sebatang rokok yang ada ditangan. 

Tatapan kini mulai kosong tapi tidak dengan pikiranku, pikaranku sudah berbaur dengan semua rekaman “Tentang Aku Dulu” semua yang sudah aku lewatkan dan bayangan kenangan itu dimulai dari masa aku kecil dulu, dimana menjadi anak kecil sangat menyenangkan hingga aku tumbuh menjadi seorang remaja berseragam atau anak sekolah menengah atas, masa-masa kenakalan anak remaja saat SMA dulu dan segala kesan kesan pada masa itu. 

Saat-saat perpisahan dengan seangkatan adalah saat-saat yang sudah biasa ku ingat. “Bertemu dengan tujuan yang sama, dan akhirnya berpisah dengan pilihan masing-masing”

karena tujuan masing-masing itulah yang membuat kami menyebar, ada yang tetap tinggal, ada yang meninggalkan, ada yang berbeda, ada juga yang tetap sama, dan ada yang jauh, ada pula yang memilih tetap dekat.

“Apapun dan dimanapun kita berada, semoga apa yang diharapkan segera menjadi kenyataan kita”

 Aku tidak rindu, tapi aku berharap kita bisa berkumpul lagi walau hanya sebentar. 

Hujan pun reda… hanya tersisa genangan-genangan air di atas atap rumah yang setetes demi setetes jatuh ke tanah, meskipun begitu aku tidak mau berhenti merenung kenangan-kenangan itu hingga aku kaget seketika pikiranku sudah berdiri tegap dan tepat didepan gerbang memori saat-saat aku bersama mu, iya kenangan hidupku “setelah kamu datang”. 

Jujur…sejak kamu benar benar meninggalkan ku disaat tidak tepat dan meninggalkan ku diwaktu terburuk ku. aku takan mengingat dan peduli lagi denganmu meski “Aku belum bersumpah untuk itu !” namun apadaya pikiranku masih tetap saja berdiri didepan gerbang memori itu, rasanya hatiku mulai ikut bercampur seakan-akan beradu argumen dengan pikiranku.

Hati yang sudah terlanjur sakit dari rasa sakit yang diberi, bahkan bekas luka itupun masih tampak jelas. sekian cukup lama, hati mulai capek, pasrah bukan karena dia kalah tapi hati mengalah untuk kepala yang keras dengan pikiran yang selalu menang tanpa alasan. 

sejenak memejamkan mata perlahan tetap tenang mencoba membuka gerbang kenanganmu dalam pikiran, semua masih tersimpan dengan sangat rapi, aku tahu ini sangat menyakitkan mengingat semua yang pernah kita lalui. 

ketika pintu gerbang kenangan itu telah dibuka tanpa ragu pikiranku melayang kemana-mana, membayangkan dirimu dulu yang selalu ada untuk ku, kamu yang dulu yang tak ingin jauh dariku. 

jika hilang sebentar saja, kau panik bukan kepalang dan memarahiku saat aku kembali. dan yang paling aku kagum darimu adalah kamu yang dulu sangat sabar dengan sifat asliku dan sifat palsu yang kubuat untuk memancing amarah dan cemburumu. 

Aku sadar, aku tau itu tidak baik untuk hubungan kita dan aku tau, itu sangat membuatmu capek dan muak, tapi jujur… melihat kamu cemburu, ngomel, hingga ngambek di sisi lain membuatku semakin sayang yang bertambah-tambah. 

 “Rasa sayang setiap insan itu sama, cuman kadang caranya yang berbeda-beda.” 

“Rasa peduli orang lain yang sangat besar adalah kamu ke aku.”

“Dan rasa nyaman terbaik orang lain adalah aku ke kamu.” 

Malam-malam terindah bagiku dulu sederhana, menelpon bercerita yang membuatmu tertawa, berbicara yang membuatmu tersenyum dan menatap matamu yang membuatmu malu. 

sedangkan pagi yang indah bagiku dulu adalah ketika melihat notifikasi yang penuh panggilan tak terjawab darimu. Sejenak aku jeda, jeda dari bayangan kenangan itu dan menghadap ke jendela rumah untuk “Tersenyum” sebentar meski dengan tatapan hampa. 

Lekas hendak lanjut terbang lagi dalam bayangan kenangan kita, tiba-tiba jantung berdetak lebih cepat dari sebelumnya, hela nafas rasanya lebih pendek dan mulai tidak teratur. 

bekas luka dihati yang sudah mengering tiba-tiba mengeluarkan rasa sakit, tapi anehnya rasa sakit ini beda dari rasa sakit yang pernah kau buat. 

Rasa sakit ini adalah rasa sakit bahwa aku benar-benar merindukanmu sekarang .

aku rindu keberadaanmu sekarang, kita pisah sudah cukup lama. 

aku rindu suaramu, aku rindu wajahmu, entah apakah ini hanya karena aku yang membuka lagi gerbang kenangan kita atau memang merindukan seseorang yang tega meninggalkan ku dalam kondisi terburuk? merindukan seseorang yang begitu cepat menggantikan posisiku dengan orang baru? 

Aku tidak tau, yang jelas yang kurasa saat ini hanya kata “Aku merindukan mu sekarang.” berlari kembali ke gerbang, berlari dengan cepat yang ku bisa, menutup dengan erat dan mengunci dengan sangat rapat. Aku tidak cukup kuat, Aku tamat.

0 Response to " "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel