-->

Skeptis Dengan Agama, Wajarkah?

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, skeptis adalah kurang percaya atau ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya).

Skeptis Dengan Agama

Skeptis Dengan Agama, Wajarkah?

Skeptisme Menurut Ilmu Pengetahuan

Skeptisime sebagai sebuah pemahaman bisa dirunut dari yunani kuno. Pemahaman yang kira-kira secara gampangnya “tidak ada yang bisa kita ketahui”, “Tidak ada yang pasti” “Saya ragu-ragu.” sebuah pernyataan yang akan diprotes karena memiliki paradoks. Jika memang tidak ada yang bisa diketahui, darimana kamu mengetahuinya. Jika memang tidak ada yang pasti, perkataan itu sendiri sesuatu kepastian. Setidaknya dia yakin kalau dirinya ragu-ragu.

Skeptis juga bisa dianggap sebagai sifat. Kadang kita juga melakukannya tanpa kita sadari. Ketika kita mendengar bahwa ada cerita kita diculik pocong tentu saja kita mengerutkan kening. Kemudian kita tidak mempercayai dengan mudah, kita anggap isapan jempol, urban legend, palsu. Orang skeptis bisa memberikan argumen-argumen keberatan terhadap cerita tersebut. Mereka meminta bukti, menyodorkan fakta kenapa cerita itu tak mungkin dan lain sebagainya.

Sifat semacam ini penting bagi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memerlukan suatu kepastian yang seakurat mungkin karena itu ilmuwan diharapkan skeptis. Ilmuwan tidak boleh langsung percaya begitu saja terhadap berita, percobaan dan lain sebagainya. Ini karena metode dalam ilmu pengetahuan yang ketat.

Jika seseorang menyatakan sebuah teori misalnya “Naga itu ada!” Ilmuan kemudian bertanya. Mana buktinya? Ilmu selalu mempertanyakan bukti. Ini karena ilmu tidak boleh mudah percaya. Ini karena di dunia banyak penipu dan pembohong, ada mereka yang menyatakan melihat sesuatu padahal tidak ada di sana. Ada juga mereka yang merasa melihat sesuatu padahal sebenarnya tidak. Jika komunitas ilmuwan hendak mempercayai hal semacam ini tanpa bukti dan meminta yang lain supaya percaya, maka ilmu pengetahuan akan dipenuhi hal-hal yang tidak bisa dipercaya kebenarannya.

Skeptisme Menurut Filsafat

Sikap skeptis adalah sebuah pendirian di dalam epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menyangsikan kenyataan yang diketahui baik ciri-cirinya maupun eksistensinya. Para skeptikus sudah ada sejak zaman yunani kuno, tetapi di dalam filsafat modern, René Descartes adalah perintis sikap ini dalam metode ilmiah.

Kesangsian descartes dalam metode kesangsiannya adalah sebuah sikap skeptis, tetapi skeptisisme macam itu bersifat metodis, karena tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan kepastian yang tak tergoyangkan, yaitu: cogito atau subjectum sebagai onstansi akhir pengetahuan manusia. Di dalam filsafat D.Hume kita menjumpai skeptisme radikal, karena ia tidak hanya menyangsikan hubungan-hubungan kausal, melainkan juga adanya substansi atau realitas akhir yang bersifat tetap.

Dalam filsafat klasik, mempertanyakan merujuk kepada ajaran mengenai "Skeptikoi". Dalam ilmu filsafat dari yang dikatakan bahwa mereka "tidak menyatakan apa-apa selain pandangan sendiri saja." (Liddell and Scott). Dalam hal ini, keraguan filsafati, atau Pyrrhonisme adalah posisi filsafat yang harus menangguhkan satu keputusan dalam penyelidikan. Sextus Empiricus, Outlines Of Pyrrhonism, Terjemahan R.G. Bury, Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts, 1933, 21.

Skeptisme Menurut Agama

Apa jadinya jika skeptis pada agama? Setidaknya ada 3 hal yang menyebabkan seseorang skeptis pada agama.

Pertama: masih awamnya dengan ajaran Islam. Bisa jadi, kala ada kajian-kajian keislaman mereka sibuk dan atau acuh terhadap pengisi materi itu. Setidaknya dalam memahami dan mengambil ilmu, sangat tidak etis jika menelan bulat-bulat. Riwayat keilmuan pemateri harus diketahui dengan baik. Sehingga tidak ada ketimpangan dalam belajarnya.

Kedua: kurangnya interaksi dengan ahli. Bisa jadi, kehidupan masa kecil tidak terbekali dengan baik akan ilmu agama. Sehingga saat beranjak dewasa, dan melihat sesuatu yang lain maka membuat jiwanya shock dan bahkan terbanting. Ayo coba kita perhatikan porsi pelajaran agama di sekolah umum jauh lebih kecil dibandingkan dengan sekolah agama. Syukur-syukur jika selesai jam sekolah orang tua kembali membina mereka dengan ilmu-ilmu agama. Maka akan lebih aman bagi sang anak, namun apabila jika tidak. Maka dapat dipastikan pemikiran ekstrem akan tumbuh subur didirinya.

Ketiga: yang ketiga ini menurut saya telah mulai banyak merasuk di gaya hidup pemuda/i kita saat ini, yakni world wide barat. Pemikiran barat jauh lebih mendalam dipahami dibandingkan pemikiran akan Islam. Ilustrasi sederhananya seperti ini. Kita membeli handphone. Ada yang orientasinya pada kecakapan menangkap gambar, ada juga yang lebih menitikberatkan pada kemampuan menyimpan datanya, etc. Begitu juga, jika pemikiran barat sudah menguasai pemikirannya, maka apapun yang kita pandang akan bermuara dengan cara pandang orang barat. Tapi, jika pemikiran Islam yang ada. Maka cara pandang kita juga akan berdasarkan Islam.

Nah, bagaimana cara menghadapi orang-orang yang skeptis dengan agama?
Menurut saya, banyakin doa untuk mereka agar dibuka kembali pintu hatinya. Selain itu, jangan diladenin. Trik ke dua ini hampir sering saya lakukan.
Namun, apakah wajar jika skeptis dengan agama. Terlebih agama Islam?

Saya sendiri menyatakan sangat menyedihkan. Harusnya tidak ada lagi keraguan dalam memahami agama Islam, wallahuaalam.

Sebab kita tidak bisa membawa arah jalan berfikir seseorang, kita cuman bisa menunjuk jalan nya. Dulu aku pernah idealis (maunya orang berfikir selaras) tapi dengan pengelaman ini aku menjadi paham dan kewajiban kita sekarang tetap menyampaikan terus dan terus menerus.

Semoga saja kapan pun dan di mana pun kita berada, Allah selalu mengistiqamahkan hati kita dalam kebaikan dan ketaatan kepadaNya. Amin.

3 Responses to "Skeptis Dengan Agama, Wajarkah?"

  1. nice post Gan, sangat sependapat dengan point ketiga yang masih berkaitan dengan poit satu dan dua

    ReplyDelete
  2. Maaf pak sblumnya saya ingin bertanya itu yg bapak jelaskan tdi dari pengalaman pribadi bapak ya, sambil belajar ilmu agama y pak?

    ReplyDelete
  3. Saya dulu MI sambil TPA dan lanjut MTs,bahkan sempat pesantren juga... Pembekalan agama udh ga perlu ditanya, tp semenjak akhir2 ini liat kelakuan kadrun yg makin aneh2... Saya jd skeptis dgn agama islam.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel